## Pelepasan Air Olahan PLTN Fukushima: Ancaman atau Kepastian? Pro dan Kontra Kebijakan Jepang yang Memicu Ketegangan Global

Pada Kamis, 24 Agustus 2023, pukul 13.00 waktu setempat (11.00 WIB), Jepang memulai pelepasan lebih dari satu juta ton air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang hancur akibat tsunami dahsyat tahun 2011. Air ini, yang sebelumnya digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang mengalami kerusakan parah, telah tersimpan selama lebih dari satu dekade di dalam tangki-tangki penyimpanan di lokasi PLTN. Namun, kapasitas penyimpanan yang terbatas memaksa pemerintah Jepang untuk mengambil langkah kontroversial ini: melepaskan air olahan tersebut ke Samudra Pasifik.

Keputusan Jepang yang diambil pada tahun 2021 ini, setelah melalui proses pengolahan yang diklaim mampu menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif dan setelah mendapatkan persetujuan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) setelah dua tahun peninjauan, telah memicu gelombang protes keras, baik di dalam negeri maupun di negara-negara tetangga, khususnya China dan Korea Selatan. Kecemasan dan kecaman pun meluas ke berbagai penjuru dunia.

**China:** Kementerian Luar Negeri China dengan tegas mengecam langkah Jepang, menuding negara tersebut mengabaikan dampak lingkungan dan kesehatan global demi kepentingan egoisnya sendiri. Pernyataan resmi China menyebut pelepasan air terkontaminasi ini sebagai tindakan yang menciptakan “kerugian sekunder” bagi masyarakat internasional dan mewariskan “rasa sakit” kepada generasi mendatang. China juga mempertanyakan keabsahan klaim Jepang terkait proses pengolahan air tersebut, meskipun IAEA telah memberikan persetujuannya berdasarkan standar keselamatan internasional.

**Korea Selatan:** Berbeda dengan China, Korea Selatan secara mengejutkan menyatakan dukungannya terhadap rencana Jepang, mengatakan bahwa para penentang hanya menyebarkan ketakutan yang tidak berdasar. Namun, larangan impor ikan dari wilayah Fukushima yang diberlakukan oleh Korea Selatan dan China menunjukkan keraguan yang mendalam terhadap keamanan pangan dan dampak ekonomi jangka panjang dari kebijakan Jepang ini.

**Pandangan dari Indonesia:** Di Indonesia sendiri, terdapat perbedaan pendapat mengenai dampak potensial dari pelepasan air olahan PLTN Fukushima. Djarot Sulistio, peneliti senior bidang nuklir di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), meyakini Indonesia tidak perlu khawatir. Menurutnya, Indonesia memiliki sistem pengawasan yang memadai untuk mendeteksi kontaminasi radioaktif pada produk perikanan impor. Ia menekankan bahwa air yang dilepaskan sebagian besar hanya mengandung tritium, sebuah isotop hidrogen dengan tingkat radioaktivitas rendah yang dianggap aman jika kadarnya tidak melebihi batas normal. Ia juga menambahkan bahwa pelepasan tritium ke perairan merupakan praktik umum di negara-negara yang memiliki PLTN. Djarot menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan selama proses pelepasan air yang diperkirakan berlangsung hingga 30 tahun.

Namun, Rignolda Djamaludin, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, mengungkapkan kekhawatirannya. Ia menyatakan bahwa meskipun telah melalui pengolahan, potensi risiko tetap ada jika air tersebut belum sepenuhnya bebas dari zat radioaktif. Mengingat pentingnya sektor perikanan bagi Indonesia, baik untuk ekspor maupun konsumsi domestik, khususnya komoditas tuna yang jalur migrasinya beririsan dengan perairan Jepang, ia menekankan pentingnya pengawasan ketat dan tanggung jawab Jepang dalam memastikan keamanan lingkungan laut. Ia memperingatkan bahwa zat radioaktif dapat terakumulasi dalam jaringan ikan dan berdampak jangka panjang pada kesehatan manusia.

**Bencana Fukushima 2011: Sebuah Tragedi yang Berkelanjutan:**

Tidak bisa dilepaskan dari konteks peristiwa dahsyat gempa bumi dan tsunami tahun 2011, yang menewaskan lebih dari 18.000 jiwa dan menyebabkan kerusakan besar pada PLTN Fukushima Daiichi, termasuk pelepasan material radioaktif ke lingkungan. Bencana ini memaksa hampir 500.000 warga mengungsi dan memicu pergeseran kebijakan energi nuklir di Jepang.

Pelepasan air olahan PLTN Fukushima merupakan isu kompleks yang memicu perdebatan sengit di tingkat global. Meskipun IAEA menyatakan kepatuhan terhadap standar keselamatan internasional, kepercayaan dan kekhawatiran publik tetap menjadi tantangan utama. Pemantauan ketat dan transparansi internasional sangat diperlukan untuk memastikan keamanan lingkungan dan kesehatan manusia dalam jangka panjang. Peristiwa ini juga menyoroti pentingnya pengelolaan risiko dan transparansi dalam industri nuklir global. Pertanyaan besarnya adalah: akankah pelepasan air ini benar-benar aman, atau mungkinkah muncul konsekuensi yang tak terduga di masa mendatang? Hanya waktu yang akan menjawabnya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *